Laki-Laki Bisa Merasa Terbebani? Bisa! Ini Dampak Toxic Masculinity dalam Kehidupan Sehari-hari
Freepik.com
Pasti kamu sudah nggak asing dengan kalimat “jadi cowok itu harus kuat, nggak boleh nangis”? Nah, ini adalah salah satu bentuk toxic masculinity alias maskulinitas beracun yang tanpa disadari dapat membebani banyak laki-laki. Dari kecil, cowok sering diajarkan bahwa mereka harus tegar, menjadi pemimpin, dan nggak boleh terlihat lemah. Padahal, manusiawi banget kalau seseorang punya emosi atau perasaan sedih dan sejenisnya dan mereka juga berhak punya tempat untuk meluapkannya.
Mitos yang dari dulu ada bahkan hingga saat ini adalah laki-laki yang kuat adalah yang selalu bisa mengatasi masalah sendiri, nggak sedikit-dikit cerita, dan harus menjadi yang mendominasi. Faktanya? Justru aturan sosial kayak gini yang bikin banyak laki-laki kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat, mereka malah nantinya akan mengalami stres berlebih, bahkan enggan mencari bantuan saat sedang mengalami masalah mental. Toxic masculinity bukan cuma membatasi laki-laki dalam bersikap, tapi juga bisa berdampak besar pada kesejahteraan mereka secara meluas.
Efek Adanya Toxic Masculinity Bagi Laki-Laki
1. Dilarang Menunjukkan Emosi
Jenis emosi itu banyak, ada bahagia, sedih, marah, kecewa, dan lain lain. Sejak kecil, laki-laki sering diperingatkan untuk nggak boleh menangis atau terlihat rapuh. Padahal, menahan emosi terus-menerus bisa berdampak buruk pada kesehatan mental seseorang, lho! Jadi, nggak heran kalau banyak laki-laki yang akhirnya mengalami stres dan depresi, tapi tetap memilih diam karena takut dianggap lemah.
2. Harus Selalu Tangguh
Salah satu yang dari dulu sudah ditanamkan pada diri laki-laki adalah laki-laki diajarkan buat nggak boleh takut dan harus berani dalam segala hal. Padahal, sebagai manusia memiliki rasa takut itu wajar dan normal banget. Tapi, karena takut dianggap lemah, banyak yang malah nekat dan menekankan ketakutan mereka, yang ladang berujung pada keputusan buruk atau situasi berbahaya.

Freepik.com
Mitos yang dari dulu ada bahkan hingga saat ini adalah laki-laki yang kuat adalah yang selalu bisa mengatasi masalah sendiri, nggak sedikit-dikit cerita, dan harus menjadi yang mendominasi. Faktanya? Justru aturan sosial kayak gini yang bikin banyak laki-laki kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat, mereka malah nantinya akan mengalami stres berlebih, bahkan enggan mencari bantuan saat sedang mengalami masalah mental. Toxic masculinity bukan cuma membatasi laki-laki dalam bersikap, tapi juga bisa berdampak besar pada kesejahteraan mereka secara meluas.
Efek Adanya Toxic Masculinity Bagi Laki-Laki
1. Dilarang Menunjukkan Emosi
Jenis emosi itu banyak, ada bahagia, sedih, marah, kecewa, dan lain lain. Sejak kecil, laki-laki sering diperingatkan untuk nggak boleh menangis atau terlihat rapuh. Padahal, menahan emosi terus-menerus bisa berdampak buruk pada kesehatan mental seseorang, lho! Jadi, nggak heran kalau banyak laki-laki yang akhirnya mengalami stres dan depresi, tapi tetap memilih diam karena takut dianggap lemah.
2. Harus Selalu Tangguh
Salah satu yang dari dulu sudah ditanamkan pada diri laki-laki adalah laki-laki diajarkan buat nggak boleh takut dan harus berani dalam segala hal. Padahal, sebagai manusia memiliki rasa takut itu wajar dan normal banget. Tapi, karena takut dianggap lemah, banyak yang malah nekat dan menekankan ketakutan mereka, yang ladang berujung pada keputusan buruk atau situasi berbahaya.
Freepik.com
3. Sulit Minta Bantuan
Karena adanya stigma harus ‘kuat’, laki-laki seringkali enggan dalam mencari bantuan, terutama soal kesehatan mental yang dialaminya. Mereka sering merasa takut dianggap lemah dan nggak mandiri. Padahal yang sebenarnya adalah nggak ada yang salah dengan meminta pertolongan justru itu tanda kalau seseorang sadar dan peduli dengan dirinya sendiri.
Yuk, sudah saatnya kita sadar kalau nggak ada yang salah dengan jadi laki-laki, tapi juga nggak ada yang salah kalau laki-laki ingin jujur dengan perasaannya. Maskulinitas bukan berarti harus selalu kuat dan menekan emosi jadi diri sendiri jauh lebih penting. Kalau standar yang ada sekarang lebih banyak menyakiti daripada membantu, mungkin sudah waktunya kita merubahnya. 🙌
Karena adanya stigma harus ‘kuat’, laki-laki seringkali enggan dalam mencari bantuan, terutama soal kesehatan mental yang dialaminya. Mereka sering merasa takut dianggap lemah dan nggak mandiri. Padahal yang sebenarnya adalah nggak ada yang salah dengan meminta pertolongan justru itu tanda kalau seseorang sadar dan peduli dengan dirinya sendiri.
Yuk, sudah saatnya kita sadar kalau nggak ada yang salah dengan jadi laki-laki, tapi juga nggak ada yang salah kalau laki-laki ingin jujur dengan perasaannya. Maskulinitas bukan berarti harus selalu kuat dan menekan emosi jadi diri sendiri jauh lebih penting. Kalau standar yang ada sekarang lebih banyak menyakiti daripada membantu, mungkin sudah waktunya kita merubahnya. 🙌
Komentar
Posting Komentar