NIAT BERCANDA MALAH JADI MERUSAK MENTAL ANAK?
Bercanda atau bergurau merupakan aktivitas yang umum dilakukan oleh banyak orang. Selain menyenangkan bercanda juga memiliki dampak positif pada kesejahteraan seseorang. Aktivitasnya bukan hanya menjadikan seseorang terhibur, tetapi juga memberikan manfaat bagi kesehatan dan interaksi sosial.
Dikutip dari laman UMY membahas tentang manfaat bercanda yang sehat, ada beberapa tanggapan dari salah stau pakar yaitu menurut Dr. Lee Berk yang berasal dari Loma Linda University, bercanda dan tertawa dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Selain itu studi ini menunjukkan bahwa saat seseorang tertawa, tubuh melepaskan hormon endorfin dan dopamin yang dapat meningkatkan mood dan mengurangi stres.
Untuk itu, orang dewasa sering kali melakukan aktivitas ini dengan anak kecil. Karena bercanda dengan mereka merupakan aktivitas yang menyenangkan, selain itu anak kecil akan bertingkah menggemaskan saat kita ajak bercanda. Tetapi, perlu dipahami bahwa bercanda juga memiliki batasan. Menurut Dr. Sultanoff, bercanda yang berlebihan atau tidak pantas dapat menyebabkan konsekuensi yang serius, seperti menyakiti perasaan orang lain atau dapat memperburuk situasi yang sudah buruk. Berikut adalah beberapa bentuk bercandaan yang dianggap dapat merusak mental anak :
1. Bercanda yang mengancam.
“kakak udah mau punya adek nih, nanti ibunya lebih sayang ke adeknya lho..” Candaan seperti ini sering kita dengar ketika seorang balita digoda oleh orang tua atau oleh saudaranya, di karenakan ibunya yang sedang mengandung lagi. Niat menggoda ini pasti hanya ingin bercanda dan melihat ekspresi menggemaskan dari sang balita bukan? Tetapi, siapa yang sangka kalau bercandaan ini malah nantinya akan membuat sang anak menjadi merasa tidak lagi disayang oleh orang tuanya di karenakan lahirnya sang adik. Bukannya kita sebagai orang tua harusnya memberi pemahaman kepada anak kita kalau kasih sayang orang tua kepada anaknya tidak akan pernah berkurang? Jika bercandaan seperti ini terus dilakukan, bisa menyebabkan sibling rivalry lho!
2. Bercanda yang menakut-nakuti atau membawa nama orang lain.
“adek kalau gamau makan, nanti disuntik loh sama bu dokter, disuntik itu sakit loh dek..” Candaan seperti ini akan membuat akan anak tumbuh dengan rasa takut terhadap sesuatu yang dibicarakan. Dalam konteks ini, anak bisa tumbuh dengan rasa takutnya kepada seorang dokter. Sehingga, jika sang anak sakit akan sulit ketika harus berinteraksi dengan dokter. Padahal, seharusnya sebagai orang tua kita harus memberi tahu kepada sang anak kalau dokter memiliki profesi yang sangat baik dan mulia.
3. Bercanda yang menghina.
“ibu gabisa gendong kakak, kakak berat (gendut) sih..” Buibu, mungkin ini adalah hanya sekedar candaan semata, tetapi jika hal ini terus terulang sang anak akan merasa sangat sedih, terlebih lagi tidak percaya diri. Efek yang lebih seriusnya lagi, bercandaan dengan cara seperti ini dapat mengakibatkan depresi pada anak. Candaan seperti ini juga masuk dalam kategori “body shaming” lho! Jadi, tolong dihindari candaan yang menyinggung fisik ya.
4. Bercanda yang disertai kebohongan.
“adek ayo dong belajar, nanti saat liburan kita beli mainan baru deh! oke?” Hayo buibu, siapa yang pernah merayu atau bercanda dengan anak menggunakan kata-kata seperti diatas? Biasanya kalimat seperti ini dilakukan oleh orang tua agar sang anak mau melakukan sesuatu, tetapi dalam konteks bercanda alias hal itu tidak benar-benar akan dilakukan. Ini bahaya banget loh! Sering melakukan bercandaan yang disertai kebohongan dapat berdampak buruk pada mental anak. Jika anak-anak tahu kalau orang dewasa di sekitarnya suka berbohong, mereka akan sulit percaya dan lebih parahnya lagi mereka akan mencontoh hal yang tidak baik tersebut.
Nah untuk itu, kita sebagai orang yang lebih dewasa harus memahami bahwa berbohong itu tidak diperbolehkan, bahkan jika hanya dalam bentuk candaan. Penting untuk kita mengajarkan bahwa kejujuran adalah kunci dalam membangun hubungan yang sehat dan positif dengan anak-anak. Peringatan ini juga diharapkan dapat membantu menciptakan lingkungan keluarga yang menjunjung nilai-nilai positif.
Komentar
Posting Komentar