Curhat Mama Muda Bisa Jadi Bumerang! Kenali Batasan Agar Postinganmu Tidak Dicap Tone-Deaf
Apa Itu Tone-Deaf?
Nah, sebelum lanjut, yuk kita bahas dulu apa itu "tone deaf." Secara harfiah, tone-deaf biasanya merujuk pada ketidakmampuan seseorang untuk mendengar atau mengenali nada musik. Tapi dalam konteks sosial, tone-deaf adalah istilah yang digunakan ketika seseorang dianggap kurang peka terhadap situasi atau perasaan orang lain. Bahasa sederhananya, tone-deaf itu kayak ketika kita ngomong atau nge-post sesuatu tanpa mikirin apakah itu relevan atau bisa menyakiti hati orang lain yang punya pengalaman berbeda.Contohnya, kamu mungkin curhat soal betapa capeknya jalan-jalan ke luar negeri sambil ngurus anak. Niatnya cuma mau sharing pengalaman, tapi bagi orang lain yang mungkin lagi susah secara finansial atau belum bisa liburan, postingan itu bisa terasa nggak peka atau bahkan menyakitkan. Jadi, di sinilah pentingnya kita paham konteks dan kondisi orang lain saat berbagi cerita di medsos.
Kalau kita asal curhat tanpa memikirkan konteks atau situasi orang lain, bisa-bisa kita malah terkesan sombong atau nggak peka. Misalnya, curhat tentang betapa repotnya memilih sekolah internasional terbaik untuk anak, padahal banyak orang yang mungkin belum bisa menyekolahkan anaknya di tempat yang diinginkan karena masalah biaya.
Jadi, kalau pengen curhat tentang hal-hal yang agak sensitif, pilihlah kata-kata yang lebih hati-hati dan hindari kalimat yang bisa menyinggung. Dan kalau perlu, curhatlah di circle yang lebih tertutup, bukan di publik, supaya pesan kita nggak salah diterima.
So, next time pengen curhat di medsos, ingat ya bestie, jaga batasannya dan pastikan kita nggak terkesan tone-deaf. Tetap semangat share positvity!
Kenapa Kita Harus Hati-Hati?
Medsos adalah ruang publik, bestie, di mana siapa pun bisa melihat apa yang kita post. Bukan cuma teman atau keluarga, tapi juga orang-orang yang mungkin kita nggak terlalu kenal. Mungkin kita cuma pengen curhat ringan, tapi di luar sana, ada banyak mama lain yang kondisinya berbeda. Ada yang lagi berjuang secara finansial, ada yang mungkin menghadapi tantangan kesehatan mental, dan banyak lagi.Kalau kita asal curhat tanpa memikirkan konteks atau situasi orang lain, bisa-bisa kita malah terkesan sombong atau nggak peka. Misalnya, curhat tentang betapa repotnya memilih sekolah internasional terbaik untuk anak, padahal banyak orang yang mungkin belum bisa menyekolahkan anaknya di tempat yang diinginkan karena masalah biaya.
Empati Adalah Kunci
Sebagai mama muda yang bijak, yuk belajar untuk lebih empati. Sebelum posting sesuatu, coba tanya ke diri sendiri, "Apa yang aku tulis ini bisa bikin orang lain nggak nyaman?" atau "Bagaimana kalau yang baca punya pengalaman yang beda?" Dengan berempati, kita nggak cuma menjaga perasaan orang lain, tapi juga menciptakan lingkungan media sosial yang lebih sehat dan positif.Jadi, kalau pengen curhat tentang hal-hal yang agak sensitif, pilihlah kata-kata yang lebih hati-hati dan hindari kalimat yang bisa menyinggung. Dan kalau perlu, curhatlah di circle yang lebih tertutup, bukan di publik, supaya pesan kita nggak salah diterima.
Tetap Jadi Diri Sendiri, Tapi Bijak
Curhat itu penting dan bisa membantu kita melepas stres, bestie, tapi yuk tetap bijak. Nggak perlu berhenti curhat, cukup lebih peka dengan konteks dan audiens. Dengan begitu, kita bisa tetap jadi diri sendiri tanpa bikin orang lain merasa tersinggung atau nggak nyaman.So, next time pengen curhat di medsos, ingat ya bestie, jaga batasannya dan pastikan kita nggak terkesan tone-deaf. Tetap semangat share positvity!
Komentar
Posting Komentar