2025 Say Goodbye ke Strawberry Parenting, Saatnya Jadi Orang Tua yang Lebih Bijak
Freepik.com
Menjadi orang tua bukanlah hal yang sepenuhnya mudah, banyak sekali tantangan dan juga tanggung jawab yang diperlukan ketika kita memilih untuk menjadi orang tua. Salah satu tantangan dan tanggung jawab yang diperlukan adalah bagaimana cara kita sebagai orang tua mendidik, mengasuh, dan menjadi teladan bagi masa depan anak-anak kita kelak. Tentunya setiap orang tua memiliki pendekatan parenting yang berbeda-beda, bukan? Biasanya, gaya parenting yang orang tua terapkan ke anak-anak mereka memiliki dampak terhadap pembentukan karakter anak di masa depan.
Bestie, pernahkan kamu mendengar istilah “strawberry parenting”? Strawberry parenting merupakan gaya parenting yang saat ini cukup populer. Istilah ini mengacu pada gaya pengasuhan yang cenderung berlebihan dalam melindungi anak-anak dari segala jenis kesulitan atau tantangan. Ibaratnya seperti “memanjakan” mereka dengan perlindungan berlebihan, sehingga anak tidak pernah merasa kesulitan atau terpapar risiko. Yap! Strawberry parenting mirip dengan gaya pengasuhan permisif.
Dikutip dari Fimela.com Prof. Rhenald Kasali mengatakan dalam bukunya, generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati adalah generasi yang terbentuk dari gaya pengasuhan strawberry atau strawberry parenting. Mereka rentan terhadap tekanan maupun stres dan juga cenderung bergantung pada orang lain. Di tahun 2025 ini, mari saatnya beralih dari strawberry parenting ke pendekatan yang lebih realistis dan bijak dalam mendidik serta mengasuh buah hati kita. Lalu, apa saja yang perlu kita lakukan?
1. Utamakan Komunikasi yang Terbuka
Penting bagi orang tua untuk menjaga komunikasi yang jujur dan terbuka dengan anak-anak. Hal ini tentunya dilakukan untuk menghindari perdebatan atau konflik, ajak anak untuk berdiskusi secara konstruktif tentang masalah yang mereka hadapi. Dengan begitu, anak akan belajar untuk menyelesaikan masalah secara mandiri, namun tetap merasa didukung.
2. Jadilah Role Model yang Baik
Anak-anak belajar bukan dari apa yang mereka dengar saja, tetapi juga mereka belajar dari apa yang mereka lihat. Untuk itu, jadilah role model yang teladan dalam menghadapi tantangan hidup dengan bijaksana. Sebagai contoh, sebagai orang tua kita bisa mengajarkan kepada mereka bagaimana kita menyelesaikan masalah dengan baik, mengontrol ego dan emosi kita ketika sedang stres, dan lain sebagainya. Jika kita melakukan semuanya dengan bijak dan hati-hati, tentunya anak akan melakukan hal yang sama nantinya.
3. Ajari Anak Arti Tanggung Jawab
Daripada terus menerus “menyelamatkan” anak, arakan dan berikan mereka kesempatan untuk membuat keputusannya sendiri. bahkan hal yang kecil sekalipun. Seperti halnya, mulai dari memilih pakaian, menentukan jadwal, atau bahkan libatkan anak dalam membantu pekerjaan rumah tangga. Hal ini akan melatih mereka untuk lebih mandiri dan bertanggung jawab.

Freepik.com
4. Beri Ruang Untuk Kegagalan
Anak-anak perlu belajar dari kegagalan dengan tujuan untuk tumbuh lebih kuat. Meskipun orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak, membiarkan mereka menghadapi kegagalan, baik di sekolah maupun di dalam lingkungan sosial, justru memberikan pengalaman berharga. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan mentalitas untuk bangkit dan mencoba lagi setelah jatuh.
5. Ajarkan Anak Berani Menghadapi Risiko
Sebagai orang tua yang sudah lebih dulu memahami arti dari sebuah risiko, kita harus siap untuk memperkenalkan anak pada dunia yang tidak selalu aman. Karena, setiap keputusan yang diambil, memiliki risiko di dalamnya. Untuk itu, beri anak kesempatan untuk bermain di luar ruangan, mencoba aktivitas baru, atau bahkan menghadapi sedikit ketegangan sosial akan melatih mereka untuk lebih percaya diri. Tetapi ingat, pengawasan aman jangan sampai terlupakan!
Di tahun 2025 ini banyak orang yang memiliki resolusi baru, salah satu resolusi yang sudah seharusnya diwujudkan adalah meninggalkan strawberry parenting dan beralih ke gaya pengasuhan yang lebih bijak, realistis, dan seimbang. Mari kita berikan anak-anak kebebasan untuk belajar dari kegagalan, dengan begitu mereka akan lebih percaya diri dan menjadi pribadi yang tangguh. Ingat, sebagai orang tua kita bukan hanya membesarkan anak, kita juga sedang membentuk masa depan mereka. ❤️
Bestie, pernahkan kamu mendengar istilah “strawberry parenting”? Strawberry parenting merupakan gaya parenting yang saat ini cukup populer. Istilah ini mengacu pada gaya pengasuhan yang cenderung berlebihan dalam melindungi anak-anak dari segala jenis kesulitan atau tantangan. Ibaratnya seperti “memanjakan” mereka dengan perlindungan berlebihan, sehingga anak tidak pernah merasa kesulitan atau terpapar risiko. Yap! Strawberry parenting mirip dengan gaya pengasuhan permisif.
Dikutip dari Fimela.com Prof. Rhenald Kasali mengatakan dalam bukunya, generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati adalah generasi yang terbentuk dari gaya pengasuhan strawberry atau strawberry parenting. Mereka rentan terhadap tekanan maupun stres dan juga cenderung bergantung pada orang lain. Di tahun 2025 ini, mari saatnya beralih dari strawberry parenting ke pendekatan yang lebih realistis dan bijak dalam mendidik serta mengasuh buah hati kita. Lalu, apa saja yang perlu kita lakukan?
1. Utamakan Komunikasi yang Terbuka
Penting bagi orang tua untuk menjaga komunikasi yang jujur dan terbuka dengan anak-anak. Hal ini tentunya dilakukan untuk menghindari perdebatan atau konflik, ajak anak untuk berdiskusi secara konstruktif tentang masalah yang mereka hadapi. Dengan begitu, anak akan belajar untuk menyelesaikan masalah secara mandiri, namun tetap merasa didukung.
2. Jadilah Role Model yang Baik
Anak-anak belajar bukan dari apa yang mereka dengar saja, tetapi juga mereka belajar dari apa yang mereka lihat. Untuk itu, jadilah role model yang teladan dalam menghadapi tantangan hidup dengan bijaksana. Sebagai contoh, sebagai orang tua kita bisa mengajarkan kepada mereka bagaimana kita menyelesaikan masalah dengan baik, mengontrol ego dan emosi kita ketika sedang stres, dan lain sebagainya. Jika kita melakukan semuanya dengan bijak dan hati-hati, tentunya anak akan melakukan hal yang sama nantinya.
3. Ajari Anak Arti Tanggung Jawab
Daripada terus menerus “menyelamatkan” anak, arakan dan berikan mereka kesempatan untuk membuat keputusannya sendiri. bahkan hal yang kecil sekalipun. Seperti halnya, mulai dari memilih pakaian, menentukan jadwal, atau bahkan libatkan anak dalam membantu pekerjaan rumah tangga. Hal ini akan melatih mereka untuk lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Freepik.com
4. Beri Ruang Untuk Kegagalan
Anak-anak perlu belajar dari kegagalan dengan tujuan untuk tumbuh lebih kuat. Meskipun orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak, membiarkan mereka menghadapi kegagalan, baik di sekolah maupun di dalam lingkungan sosial, justru memberikan pengalaman berharga. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan mentalitas untuk bangkit dan mencoba lagi setelah jatuh.
5. Ajarkan Anak Berani Menghadapi Risiko
Sebagai orang tua yang sudah lebih dulu memahami arti dari sebuah risiko, kita harus siap untuk memperkenalkan anak pada dunia yang tidak selalu aman. Karena, setiap keputusan yang diambil, memiliki risiko di dalamnya. Untuk itu, beri anak kesempatan untuk bermain di luar ruangan, mencoba aktivitas baru, atau bahkan menghadapi sedikit ketegangan sosial akan melatih mereka untuk lebih percaya diri. Tetapi ingat, pengawasan aman jangan sampai terlupakan!
Di tahun 2025 ini banyak orang yang memiliki resolusi baru, salah satu resolusi yang sudah seharusnya diwujudkan adalah meninggalkan strawberry parenting dan beralih ke gaya pengasuhan yang lebih bijak, realistis, dan seimbang. Mari kita berikan anak-anak kebebasan untuk belajar dari kegagalan, dengan begitu mereka akan lebih percaya diri dan menjadi pribadi yang tangguh. Ingat, sebagai orang tua kita bukan hanya membesarkan anak, kita juga sedang membentuk masa depan mereka. ❤️
Komentar
Posting Komentar